-->

Rabu, 09 Juni 2010

Kisah Porong-Sidoarjo

Siapa yang tidak tahu cerita bencana lumpur Porong-Sidoarjo, Jawa Timur ? Kisah semburan lumpur panas disertai gas yang mudah terbakar ini memang telah menjadi bencana besar di Tanah Air tercinta Indonesiaku. Percaya atau tidak, semua yang anda rasakan ketika melihat bencana ini di televisi sungguh jauh berbeda dengan yang anda rasakan ketika mendatangi lokasi secara langsung. Saya akan berbagi pengalaman saya ketika saya berada di lokasi bencana ini.

Di pinggir tanggul lumpur terdapat tulisan "Wisata Danau Lumpur". Tulisan besar ini dibuat oleh warga korban bencana yang tanah, rumah beserta isinya terendam lumpur. Tulisan ini dibuat untuk menarik para pengguna jalan di sebelah tanggul untuk mampir melihat lokasi dan memberikan sedikit sumbangan berupa uang kepada mereka. Karena mereka bingung hendak mencari penghasilan kemana untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka dan keluarga mereka.

Ketika sampai disana, Saya disambut oleh dua orang bapak-bapak yang mengajak saya langsung naik ke atas tanggul. Dan ketika saya naik, betapa terkejutnya saya. Saya ditampakkan betapa dahsyatnya kejadian ini. Di dalam tanggul lumpur panas ini, saya dapat melihat pusat semburan yang masih mengeluarkan asap, sebuah pabrik rotan hanya tersisa atapnya saja, masjid yang tersisa hanya setengah meter menaranya, mobil kontainer yang tepelosok ke dalam lumpur yang di dalamnya masih terdapat jasat sopirnya, dan tak seorang pun mampu atau berani untuk mengangkatnya, juga bau gas yang sangat menyengat dan lama-kelamaan membuat kepala pusing jika tidak terbiasa. 

Semua cerita dari bapak-bapak tersebut sungguh mengejutkan. Banyak hal yang tidak sesuai dengan yang diberitakan. Mulai dari bantuan untuk mereka, hingga kelayakan hidup mereka. Setelah beberapa saat berbincang, salah seorang bapak mengajak saya berkeliling tanggul dan pemukiman pengungsian. Di lokasi tempat tinggal mereka, para ibu rumah tangga memasak dengan bahan bakar gas yang didapat dari pusat semburan lumpur. Menurut salah seorang bapak disana, mereka tidak pernah mengetahui bahwa tanah yang warga jual itu akan digunakan untuk pengeboran, setahu mereka, tanah tersebut dibeli untuk digunakan sebagai tempat ternak.

Saya juga di ajak ke sebuah rumah mewah yang sudah hancur akibat sebuah semburan kecil, di seburan kecil ini saja mengeluarkan pasir lebih dari 10 truk. Disini saya dilarang untuk menghidupkan api dalam bentuk apapun, karena daerah ini kadar gasnya lebih pekat, sehingga udara bisa terbakar. Selain itu, di pinggir jalan juga dipasang pipa-pipa pembuangan gas dari bawah tanah. Hal ini untuk mengantisipasi penumpukan gas mudah terbakar di dalam tanah.

Setelah selesai berkeliling, saya kembali ke tempat awal. Dan selain memandu saya, bapak-bapak tadi juga menawarkan saya beberapa DVD karya mereka yang berisi kisah semburan lumpur ini dari awal hingga saat saya berada disana untuk saya beli.

Rasa iba sungguh mendalam melihat saudara-saudara kita yang kehilangan tempat tinggal, harta benda dan kebahagiaan juga ketentraman mereka. Hingga akhirnya saya meninggalkan lokasi itu dan kembali ke Surabaya, begitu besar rasa ingin menolong mereka. Namun saya hanyalah seorang mahasiswa, dan hanya bisa melakukan sebatas yang saya bisa. Semoga kalian mampu mengahdapi cobaan ini saudaraku.

0 komentar:

Posting Komentar

Tulis komentar Anda